Tags

, , , , ,

sri-tanjung-arti-foundation
Inilah saatnya karya seni dibawakan dengan penggarapan sangat serius. Memulai tahap demi tahap persiapannya dengan secara seksama dan melibatkan demikian banyak orang yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. Adalah Arti Foundation yang menyadari untuk membawakan sebuah kualitas diperlukan sebuah totalitas. Muasalnya adalah keprihatinan Kadek Suardana terhadap miskinnya inovasi pada seni pertunjukan di Bali. Kegalauan tersebut lalu bergulir dalam diskusi demi diskusi antara lain dengan A.A.N. Puspayoga, seorang pecinta seni pertunjukan Bali asal Puri Satria – Denpasar, maka lahirlah drama-tari bertajuk “Sri Tanjung – The Scent of Innocence”.

Di bawah pimpinan Kadek Suardana, cerita Sri Tanjung dihidupkan kembali lewat sebuah proses kreatif yang sangat intens. Prosesnya diawali dengan penelitian, interpretasi naratif, penulisan skrip, lalu penggarapan komposisi musik dan tembang. Semua itu dimaksudkan untuk membuat padu-padan yang harmonis yang menjembatani masa lalu dengan masa kini.

Dalam garapan ini seniman dari berbagai generasi dan berbagai bidang seni pertunjukan bergabung untuk melakukan eksplorasi dan persilangan idiom-idiom tradisi. Hasilnya: sebuah pertunjukan yang memancarkan ekpresi artistik bernuansa kontemporer yang menyatu secara estetis. Sebuah karya alternatif yang merevitalisasi kesenian tradisi dan mudah diapresiasi oleh masyarakat luas.

SRI TANJUNG
Cerita Sri Tanjung adalah karya sastra yang ditulis di Banyuwangi pada abad ke 17. Saat itu Banyuwangi masih bagian dari kerajaan Blambangan, kerajaan terakhir di Jawa Timur. Ahli literatur Jawa asal Belanda, Dr. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud, menempatkan cerita ini dalam kelompok karya-karya sastra yang diberi judul ‘Original Old Javanese and Javanese-Balinese exorcist tales and related literature in a bellestric form’. Yang dimaksud ‘Javanese-Balinese’ oleh Pigeaud adalah karya-karya sastra yang mengunakan bahasa jawa-tengahan, yang sumbernya berada pada kegiatan sastra di kerajaan Jawa Timur sampai Majapahit, dan kemudian berkembang di Bali (dan wilayah kekuasaan lainnya) semasa Watu Renggong memimpin kerajaannya di Gelgel. Karya ini satu kelompok dengan karya sastra macam Calon Arang, Sudamala, Wargasari, Nawa Ruci, Subrata, dan Sang Satyawan.

Cerita Sri Tanjung diperkirakan telah lahir di Jawa Timur sekitar awal abad ke 13, dan kemudian ditransmisi secara lisan. Dalam proses itu, cerita ini terintegrasasi ke dalam kebudayaan Hindu-Jawa dengan menempatkan beberapa tokoh utama dari cerita ini sebagai keturunan dari Nakula dan Sahadewa. Misalnya pada relief di Batur Pendopo Candi Panataran-Blitar, di luar Sri Tanjung digambarkan pula tokoh bernama Sang Setyawan. Demikian pula pada Batur Candi Surawana, Para-Kediri, terdapat tokoh bernama Bubuk Sah-Gagang Aking. Dalam relief-relief tersebut terbabar kisah yang intinya mengenai pencarian kesempurnaan hidup.

Zaman sekarang, cerita Sri Tanjung masih hidup di tengah masyarakat di sekitar Banyuwangi sebagai sebuah dogeng yang menceritakan asal muasal nama ‘Banyuwangi’, yang berarti sungai yang harum.

Di Bali, cerita Sri Tanjung pernah populer sebagai lakon dalam drama-tari Arja pada masa kejayaannya sekitar tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an pun, di beberapa daerah di Bali, cerita ini masih banyak diangkat sebagai lakon pewayangan untuk upacara panglukatan.

Sekarang, cerita ini sudah hampir terlupakan oleh masyarakat Bali. Bahkan, ada selentingan bahwa di sebuah desa di Bali, kisah Sri Tanjung ini dilarang untuk diceritakan. Entah apa alasannya. Yang pasti, kita hanya bisa berimajinasi tentang kekuatan yang tertkandung dalam cerita ini….

Dalam pertunjukan drama-tari Sri Tanjung ini telah digelar persiapan dan latihan secara intensif. Melihat perlakuan sedemikan rupa dalam menyuguhkan karya seni pertunjukan ini, bolehlah kita berbangga akan keseriusan Arti Foundation dengan tim produksi yang tak diragukan lagi kiprah dan dedikasinya dalam dunia seni, mereka adalah :

Tim Produksi

Konsep/Naskah:
Kadek Suardana, Gusti Putu Sudarta, Mari Nabeshima
Sutradara:
Kadek Suardana
Penata Musik:
Kadek Suardana
Koreografi:
Kadek Suardana
Asisten Koreografi:
Nyoman Sura
Penata Musik Vokal:
Gusti Putu Sudarta
Penata Kostum/Make-Up:
Made Dwi Puspayani
Set & Lighting Design:
Sonny Sumarsono

Pemain:
Gusti Ayu Kencana Merudewi – Sri Tanjung
Gusti Ngurah Supartama – Sida Paksa
Wayan Sira – Prabu Sulakrama
Gusti Putu Sudarta – Dewi Durga
Gede Dharma Suarsana – Punakawan
Gusti Putu Sudarta – Bagawan Tambapetra

Pemusik:
Danis Sugianto
Gede Sweca
Kadek Adi Wirawan
Ketut Subrata
Made Arthya Talava
A A Putra Atmaja
Agung Putra
Mari Nabeshima
Cok Indah (vokal)

Konsultan:
Nyoman Candri
Made Sudiana

Produser Eksekutif:
Dewa Gede Palguna

Penasehat Artistik:
A. A. N. Puspayoga

Drama-tari Sri Tanjung ini akan digelar di dua kota yakni:

Denpasar
Gedung Ksirarnawa, Taman Werdhi Budaya
27-28 Februari 2009

Jakarta
Graha Bhakti Budaya
Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73, Jakarta Pusat
8 Maret 2009

Tiket dapat diperoleh di:
– Tiara Mas Entertainment Telp. 0361 7807789; e-mail: tiaramas@gmail.com
– Official site: http://sritanjungarti.blogspot.com
– Warung Tresni, Jl. Drupadi, Renon Telp. 0361 264112