Tags

,

base-genep7

Manusia “jadul” Indonesia tahun 80-an pastinya mengenal kisah Lupus dan Keluarga Cemara di Majalah Remaja HAI. Mengenal kisah-kisah itu tak lengkap jika tak mengenalnya tanpa ilustrasi visualnya, siluet anak muda dengan potongan rambut dan gelembung permen karet di mulutnya. Wedha, adalah kreator yang turut memperkuat sosok dan peran tokoh-tokoh dalam cerita itu.

Kini publik seni dan desain di Bali bias berjumpa, mendengar kisah dan bertanya soal apapun prose’s kreatif dan kisah hidup Wedha yang lekat dengan ilustrasi bergaya khas di era pop ini. Adgi Bali Chapter mendaulatnya dalam acara Mebase Genep #7 dengan menghadirkan Wedha pada hari Kamis mulai jam 19.00 wita bertempat di Willy’s House di Jalan Hang Tuah No. 16 (Dekat bundaran Renon) Denpasar. Siapa saja boleh hadir memanfaatkan momen istimewa sharing dengan seorang Wedha. Jika tertarik silakan hadir dan mengkonfirmasikan kehadirannya kepada Eris 03617439884

Wedha

Seperti disampaikan pada situs Desain Grafis Indonesia, apa kata Wedha tentang style ilustrasinya: “Embrio gaya ini saya mulai pada sekitar tahun 1990-1991. Memasuki usia 40 tahun, terlahir 10 Maret 1951, ketika itu saya sudah merasakan menurunnya fungsi mata saya. Ditambah lagi sebagai seorang yang kurang sekali mengindahkan gaya hidup sehat, saya mulai merasa terlalu cepat lelah. Kendala fisik itu mulai mengganggu setiap kali saya harus menyelesaikan gambar, apalagi gambar sosok manusia realis yang menurut saya bertingkat kesulitan paling tinggi. Memilih dan mencampur warna menjadi hal yang menyulitkan. Kemiripan warna kulit manusia, kehalusan goresan, menjadi sesuatu yang mahal buat saya.

Dalam keadaan seperti itulah kemudian saya mulai memikirkan cara melukis atau menggambar wajah manusia dengan cara yang lebih mudah. Cara yang memungkinkan saya menghindarkan diri dari keharusan mengolah warna kulit manusia yang sulit, cara tanpa tuntutan ketrampilan yang memadai untuk memulas.

Saya yang sejak masa sekolah sangat menyukai pelajaran ilmu ukur ruang (stereometri), mulai mengutik-utik masalah titik, garis dan bidang. Mulailah saya membayangkan wajah manusia sebagai kumpulan bidang-bidang datar yang dibentuk oleh garis-garis imajiner.”